RSS

Selasa, 22 Desember 2009

Akhir yang Baik


Suatu ketika, seorang lelaki muslim yang miskin papa mendatangi Rasulullah dan meminta beliau mendoakannya agar menjadi kaya. Awalnya Rasulullah menolaknya dengan memberikan peringatan halus -bahwa kekayaan bukan jaminan kebahagiaan. Bahkan cobaan hidup kaya bisa jadi lebih berat untuk ditanggung seorang manusia-. Namun lelaki ini bersikukuh sehingga Rasul pun mengabulkan keinginannya dan mendoakannya agar ia kaya.

Doa Rasul terkabul.. Sang lelaki ini menjadi kaya dan semakin bertambah kaya. Namun seiring meluasnya kekayaannya, apa yang diperingatkan dan dikhawatirkan Rasul pun terjadi. Ia lalai dan semakin hari semakin lalai dengan kekayaannya.
Mula2 ia ‘hanya’ sering terlambat sholat berjamaah. Lalu ia menjadi sering alpha sholat berjamaah. Hingga lama-lama ia benar2 enggan  berjamaah, dengan alasan -kesibukan mengurusi harta-.

Lelaki inipun enggan mengeluarkan hartanya untuk berzakat, apalagi bersedekah. Maka perjalanan hidupnya lantas saja menjadi satu untaian kisah berklimaks tragis yang tercatat dalam sejarah. Ia wafat sebagai seorang munafik yang kisahnya terabadikan dalam Al Quran.

Lain lagi dengan jalan hidup Umar bin Khattab. Masa lalunya amat gelap. Tak sekedar membenci umat Islam, ia bahkan tega mengubur anak perempuannya hidup-hidup dengan tangannya sendiri. Semua itu dilakukannya hanya karena - kebiasaan dan tradisi yang turun temurun-. Namun, hidayah allah membalik semuanya. Umarpun pembela islam sejati. Ia berani menegakkan kebenaran dan tak gentar hanya oleh sebab kematian. Pantaslah ia dijuluki Al Faruq dan Rasulpun menggambarkan dirinya dengan indah : Kalaulah Umar berjalan di jalan dan Syetan berada di jalan yang sama, maka tentulah si syetan akan memilih jalan yang lain.

Hidayah Allah menyinari Umar setelah ia berumur. Namun, dengan kesugguhan dan keistiqomahannya, kesalahannya di “putihkan”. Sejarahpun mencatat namanya dalam lembaran bertinta emas sebagai salah satu sahabat yang di jamin masuk Syurga.
Kedua contoh ini, sesungguhnya menuntun setiap mukmin untuk menyadari bahwa tak soal siapa, apa dan bagaimana kita di masa lalu, yang terpenting adalah bagaimana kita membentik hari ini untuk mencapai hari esok  yang lebih baik dan menuntaskan hidup ini dalam kondisi yang paling baik.

Jalan yang bisa ditempuh tentu tak hanya sekedar menggantungkan diri pada takdir atau berlindung pada kalimat : Hidayah adalah milik Allah, terserahlah, pada siapa Dia akan memberi curahanNya. Sebab, soal peran aktif untuk memilih mengubah nasib sebagai sosok mukmin, kafir atau munafik, tetaplah berada di tangan manusia.
Benar, hidayah adalah milik Allah semata. Namun yang diberinya pada manusia yang telah dianugrahkannya kemampuan memilih, jalan fujur atau takwa. “Maka, Allah  mengilhamkan kepada manusia dua jalan, yaitu fujuroha (jalan keburukan) dan taqwaha (jalan kebaikan).... ” (QS. 91:8-10). Dan Allah tegaskan betapa beruntungnya mereka yang memilih jalan kebaikan dan mensucikan dirinya. Sebaliknya betapa meruginya mereka yang memilih jalan keburukan dan mengotori dirinya.

Setiap detiknya, setiap diri sesungguhnya tengah memahat sebuah prasasti berwujud “autobiografi”, satu catatan yang akan terus dikaji, dibaca dan dikenang.
Pertanyaannya : Seperti apa kita ingin dikenang bila tak lagi berada di dunia ini? 2009/1430 H telah lalu, dan satu tahun masehi/hijriah akan berlalu lagi. Meninggalkan setumpuk kenangan dalam masa 365 hari yang tak akan pernah tergantikan dan terlupakan.
Seperti apa kita ingin dikenang? Bukan semata-mata dengan penilaian seseorang.. namun prestasi akhir yang akan Allah berikan kepada kita, itulah yang lebih penting..  Kalaulah hari2 dan kesempatan masih panjang, inilah saatnya memilih untuk mencatatkan kebaikan demi kebaikan sebuah catatan akhir kehidupan yang indah dan mengesankan.

Ya.. inilah saatnya untuk memilih.. hidup terlalu mahal untuk dibiarkan mengalir seperti air.. karenanya hidup harus direncanakan, diarahkan dan dipelihara agar tujuan hidup benar-benar tercapai.. jangan sampai kita salah menentukan tujuan hidup. - hanya sekedar mengingatkan- adakah tujuan akhir yang lebih akhir dari kampung akherat..?
Smoga kita istiqomah di jalan Allah.. waktulah yang akan membuktikan siapa diantara kita yang menepati perjanjiannya dengan Allah.. ya Allah, tuntunlah kami untuk selalu istiqomah dijalanMu.


memasuki hari ke 5 Muharram 1431 H
bumi Allah, timur jkt-cjtg