RSS

Sabtu, 18 Desember 2010

Sahabat Pilih Mana: SABAR atau SYUKUR? ==> (sama aja ternyata...wujud IMAN yang beda rupa) :D

Tersebab SABAR & SYUKUR.. betapa menakjubkan hidup & ihwal orang beriman.. Semua urusan menjadi kebaikan baginya... Subhanallah.. ^^
oleh Ustadz Salim A.Fillah

1. Hidup adalah perjalanan yang digariskan memiliki 2 rasa: manis
& getir, lapang & sesak, suka & duka, nikmat & musibah. SABAR&
SYUKUR

2. Tak seorangpun bisa lepas dari 2 rasa itu, hattapun mereka
yang dicintaNya. Makin besar nikmat, pun besar pula musibah.

3. Imanpun tak menjamin kita selalu berlimpah & tertawa. Ia hanya
jaminkan ada lembut elusanNya dalam apapun dera nan menimpa

4. Maka SABAR & SYUKUR adalah wahana yang akan membawa hamba,
menselancari kehidupan nan berrasa dua dengan iman dalam dada.

5. Tersebab SABAR & SYUKUR itulah, Nabi ungkap betapa
menakjubkan hidup & ihwal orang beriman. Semua urusan menjadi
kebaikan baginya.

6. Sebab dalam musibah dia bersabar, & SABAR itu membuatnya
meraih pahala tanpa hingga, dicintaiNya, dan dibersamai Allah di
segala luka.

7. Sebab dalam nikmat dia bersyukur, dan SYUKUR itu membuat
sang nikmat melekat, kian berganda berlipat, menenggelamkannya
dalam rahmat.

8. Tapi hakikat SABAR & SYUKUR sebenarnya satu saja; ungkapan
iman menyambut dengan penuh ridha akan segala kurniaNya, apa jua
bentuknya.

9. Maka SABAR adalah sebentuk SYUKUR, menyambut kurnia
nikmat-Nya yang berbentuk lara, duka, nestapa, dan #musibah yang
niscaya.

10. Maka SYUKUR adalah sebentuk SABAR, menyambut kurnia
musibah-Nya yang berbentuk kesenangan, kelapangan, suka-ria nan
nikmat.

11. Lihatlah Ayyub ber-SYUKUR atas segala sakit & nestapanya,
sebab Allah mengugurkan dosa & menyisakan hati jua lisan untuk
mendzikirNya.

12. Lihatlah Sulaiman ber-SABAR atas kemaharajaan jin, hewan, &
manusia. Sabar dengan ber-SYUKUR agar tak tergelincir
sebagaimana Fir'aun.

13. Kata 'Ulama, SABAR ada di 3 hal; mentaati Allah, menjauhi
kemaksiatan, menerima musibah. Semuanya adalah jua rasa SYUKUR
kepadaNya.

14. SABAR dalam taat, sebab ia kadang terasa berat, ibadah
terasa beban, keshalihan terasa menyesakkan. Tapi SYUKUR lah,
Allah itu dekat.

15. SABAR dalam jauhi maksiat, sebab ia kadang terlihat asyik,
kedurhakaan tampak cantik. Tapi  SYUKUR lah, iman itu rasa malu
padaNya.

16. SABAR dalam menghadapi musibah, sebab ia niscaya bagi iman
di dada. SYUKUR lah, dosa gugur & beserta kesulitan selalu ada
kemudahan.

17. Sebab pahalanya diutuhkan tak terhingga (Az Zumar 10), maka
SABAR pun sebenarnya tiada batasnya. Hanya bentuknya yang bisa
disesuaikan.

18. Maka iman menuntun taqwa; ialah kecerdikan hati dalam memilih
bentuk SABAR sekaligus SYUKUR atas segala bentuk ujian cinta
dariNya

19. Taqwa itu yang bawa SABAR kita mendapat kejutan nan
mengundang SYUKUR, jalan keluar dari masalah & rizqi tak terduga
(Ath Thalaq 2-3)

20. Tiap nikmat yang di SYUKUR-i jua berpeluang mengundang
musibah yang harus di SABAR-i, seperti ketampanan Yusuf & cinta
Ortu padanya

21. Maka tak ada kata henti untuk SABAR & SYUKUR, sebab ia 2
tali yang hubungkan kita denganNya; hingga hidup terasa surga
sebelum surga ;)

share dr sahabat ^^ :  Assaidah Adnan

Rabu, 15 Desember 2010

MENCINTAI DALAM HENING

Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah ?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu..?
Maka dengarlah…!

Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..

Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..

Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan.
Karena rasa itu adalah cahaya.
Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita..
Namun.. Saat rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun.
Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna.
Cinta terkadang membuatmu bahagia, namun tak jarang membuatmu menderita.
Cinta ada kalanya manis bagaikan gula,
Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir.
Cinta adalah perangkap rasa..
Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.

Kasihku … , Agar kau dapat keluar dari belenggu itu.
Dan mampu melaluinya dgn anggun..
Maka mencintailah dalam hening.
Dalam diam..
Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari.
Namun juga, jangan kau sikapi dgn berlebihan.
Jangan kau umbar rasamu.
Jangan kau tumpahkan segala sukamu..

Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang..
Kita percaya takdir bukan?
Kita tahu dengan sangat jelas...
Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya?
Jadi, apa yang kau risaukan?
Biarkan Allah yg mengaturnya,
Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..

Cobalah renungkan...
Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu..
Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam,
Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?

Kasihku… , kita tak tahu dan tak akan pernah tahu..
Hingga saatnya tiba..
Maka, ku ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika smua rasa telah kau umbar...
Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya?
Kasihku…, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar..
Begitu mulia untuk di tampakkan..
Begitu sakral untuk di tumpahkan..

Dan sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu,
Dan kau indah karena sifat malumu..
Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan?
Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau singkap..
Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu..
Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan..
Dalam jeruji kesetiaan..
Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfuzh..
Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..

Maka cintailah dlm hening.
Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu,
Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu..
Agar kesucianmu tetap terjaga..
Agar keanggunanmu tetap terbias..

Maka, ku beritahukan padamu,
Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan.
Acuhkan semua godaan yg menghampirimu..
Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan..
Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan..

Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu,
Lalu..Arahkan pd Nya..
Dan cintailah dalam diam..
Dalam hening..
Itu jauh lebih indah..

Jauh lebih suci…

by Mimbar Dakwah Islam 

Sabtu, 11 Desember 2010

so wondering..

wondering sangat...
menangisi seseorang yang tidak kita kenal sama sekali...

don't even know what his name..

just.. saw ur face.. in a crowded place..

everyday.. only.. stand up.. waiting.. in side.. sit down.. keep on silent.. out side.. dont know what i'm supposed to do.. want 2 speak up.. sungguh !!.. do as most people do.. maybe.. i'm not strong enough..
only God knows how long ( iya lah.. ^^)

fiuhhh... aneh..

* posting yang aneh juga.. maaf.. ga penting kawan... he2.. ^^..

but don't worry.. i'm fine..

pastinya..

InsyaAllah.. i will let Allah decide for my life.. :)

just ishbir..

Semoga ini baik.. InsyaAllah..:) * 

Kamis, 09 Desember 2010

"SEMOGA INI BAIK, INSYA ALLAH "


Dikisahkan, ada seorang raja yang setiap pergi berburu selalu ditemani oleh seorang sahabatnya yang terkenal dengan ketakwaan dan wirainya. Tiap kali raja menemui sesuatu yang tidak mengenakkan, sahabatnya selalu berkata, “Semoga itu baik, insya Allah.” Kata-kata ini selalu diulang-ulanginya pada setiap kejadian yang secara dhahir adalah kejadian buruk.

Pada suatu hari saat sang raja berburu bersama sahabatnya ditemani oleh pengawalnya, jari raja terkena tombak dan terpotong. Darah pun mengucur. Si sahabat berkata, “Semoga itu baik, insya Allah.” Raja marah dan memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakannya. Saat pengawal ditanya, “Apa yang dikatakannya saat kalian menutup pintu penjara?” Pengawal menjawab, “Ia hanya mengatakan, ‘Semoga ini baik, insya Allah.”

Suatu ketika saat raja pergi berburu tanpa ditemani oleh sahabatnya, ia tersesat di hutan. Sedangkan di hutan tersebut terdapat suku yang menyembah berhala dan tiap tahun mengorbankan orang kepada berhalanya tersebut. Raja pun ditangkap oleh suku tersebut. Namun, saat diperiksa didapati bahwa jari raja tidak lengkap. Mereka pun menolak mengorbankannya, sebab korban harus dalam kondisi yang sempurna. Raja lalu dilepas dan ia kembali ke istananya.

Akhirnya ia menyadari kebenaran ucapan sahabatnya. Sahabatnya pun dikeluarkan dari penjara. Raja bertanya, “Ketika engkau mengatakan, ‘Semoga itu baik, insya Allah.’ Saat jariku terpotong, aku menyadari bahwa kebaikan itu adalah aku tidak jadi disembelih untuk berhala karena fisikku tidak sempurna. Sekarang saat engkau dipenjara, apakah kebaikan itu?” Ia menjawab, “Andaikata saat itu saya bersamamu, maka mereka akan menyembelih saya sebagai penggantimu.”

oOo

Jika anda mendapat kejadian buruk ucapkan : "Semoga ini baik, insya Allah.”
Semoga ALLOH SWT memberi kebaikan pada kehidupan Anda. Amiin :)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetauhi”. (QS Al-Baqarah : 216).

taken from : inspiration story

Sabtu, 13 November 2010

Kisah Dari Garis Depan

"Smoga.. Semuanya Allah catatkan dalam Tinta Emas.. sebagai penghargaan atas setiap pengorbanan yg di berikan.. ya... untuk semua relawan Merapi..  "

- dari note masto,  + foto2nya wicak udh ijin share.. -



Waktu itu pukul 00.07 pagi, tanggal 5 November 2010. Aku terbangun oleh suara sms masuk di blackberryku. Ternyata Ari Retnowati, teman kuliahku di IPB dulu yang sekarang tinggal di Klaten. “To, merapi kenapa lagi? Suara gemuruh gludag gludug-e kedengeran kuenceng buanget dari tempat gue sekarang. Kemarin-kemarin gak pernah kedengeran. Hopefully everything gonna be ok”.

            Suara guruh merapi memang luar biasa malam itu. Lebih keras dari hari-hari sebelumnya. Bayangkan kita sedang berdiri di pinggir jalan, lalu ada serombongan truk tronton lewat. Sekeras itulah kira-kira gemuruhnya. Padahal rumahku lumayan jauh dari puncak Merapi, sekitar 17-an kilometer.

            “Mas, gimana nih? Gak papa ya?”. Ternyata suara sms itu juga membangunkan istriku. Wajahnya tampak sedikit cemas. Tak heran. Aku pun cemas. Siapa yang tidak cemas mendengar suara gemuruh seperti itu. Aku tersenyum, berusaha menampakkan ekspresi wajah setenang mungkin. “Insya Allah gak papa yang. Kan perluasan radius bahayanya hanya sampai 15 km. Lagipula pemerintah bikin tenda pengungsian di lapangan Pojok kan? Gak mungkin pemerintah bikin tempat pengungsian di daerah bahaya”. Sehari sebelumnya, Merapi memuntahkan awan panas hingga mencapai wilayah timur laut Merapi Golf. Peristiwa itu membuat radius bahaya yang sebelumnya hanya 10 km diperluas hingga 15 km. Pengungsi di Oasis Disaster yang hanya berjarak sekitar 10 km dari puncak dievakuasi ke lapangan Pojok yang berjarak sekitar 200 meter sebelah utara rumah kami.

            Blacberryku berbunyi lagi, kali ini sms dari mas Wandi, kepanduan DPC Pakem yang sejak letusan pertama tanggal 26 Oktober bersiaga di pengungsian Hargobinangun. “Info: pengungsi Hargo dipindahkan malam ini ke Maguwo semua”. Jantungku berdegup kencang. Kalau pengungsian Hargobinangun dievakuasi, artinya ini benar-benar serius. Kubalas sms dari beliau. “Bagaimana dengan pengungsi di lapangan Pojok? Apa sudah ada perintah evakuasi?”. Kalau lapangan Pojok dievakuasi, berarti rumah kami pun tidak aman. Tak lama datang balasan dari beliau “sementara masih tetap di Pojok”.

            Aku agak lega, tapi tetap saja kuminta istriku untuk mempersiapkan traveler bag. “Masukkan saja beberapa lembar pakaian dan semua buku rekening kita, juga kas OmahTernak yang ada di rumah. Hanya untuk jaga-jaga. Siapkan juga kandang kecil Choky”. Choky adalah kucing Himalaya jantan peliharaan kami. Tidak mungkin rasanya meninggalkan dia di rumah bila perintah evakuasi keluar.

            Ketika sedang membantu istriku mempersiapkan semua, blackberryku kembali berbunyi. Kali ini telepon dari pak Indra, ketua PKS DPC Pakem. “Assalamu’alaikum” sapaku. “Wa’alaikumsalam” jawab beliau. “Akhi, bisa minta tolong jemput ane? Ane mau evakuasi istri dan anak ke rumah antum saja”. Aku langsung berganti pakaian. Rumah pak Indra berada di Kalireso, sekitar 15-16 km dari puncak Merapi, dan tepat berada di pinggir Kali Boyong. Bila Merapi meletus dan awan panas masuk ke Kali Boyong, maka bisa dipastikan rumah beliau akan terkena.

            Aku mengambil kunci mobil avanza yang disediakan DPD untuk antar-jemput logistik kemudian berpamitan pada istriku. Saat keluar dari kamar, kulihat semua pengungsi yang tidur di ruang tengah rumah kami sudah terbangun semua. Ada yang sedang tilawah, ada yang sedang menenangkan anaknya, ada pula yang sedang mencoba mengontak kerabatnya yang masih tinggal di atas.

            Baru saja dua langkah aku berjalan meninggalkan kamar, tiba-tiba suara gemuruh itu berhenti beberapa detik dan lalu….. DUAAAAR…. Suara letusan yang keras sekali. Kami semua terkejut. Ada yang beristighfar, ada pula yang memekikkan takbir. “Astaghfirullah mas! Apa itu??”. Istriku menarik jilbab kaos terdekat lalu berlari ke arahku. DUUAAARRR…. Suara letusan kedua terdengar. Beberapa detik kemudian….TAK…TAK…TAK…. terdengar suara keras di atap. Aku dan beberapa bapak-bapak berlari ke arah teras. “Astaghfirullah….Subhanallah…” gumamku pelan. Seumur hidupku, aku hanya pernah melihat hujan air. Lalu beberapa bulan yang lalu Allah menunjukkan kepadaku hujan es. Pada letusan tanggal 30 Oktober aku diperlihatkan hujan abu. Dan kini tubuhku gemetar, jantungku terasa jatuh ke bawah….hujan batu!

            Kendaraan bermotor mulai dari mobil, truk, dan kendaraan roda dua mulai melaju kencang melewati rumah kami menuju arah selatan. “Pengungsi dari lapangan Pojok lari!” pikirku dalam hati. Di sebelah, satu-satunya tetanggaku, pak Nono—seorang TNI—yang ditugaskan di Hargobinangun berteriak kepadaku. “Mas! Di sini gak aman!”. Beliau lalu ikut lari dengan motor bersama keluarganya.

            Aku segera masuk kembali ke dalam rumah, menutup pintu agar abu tidak masuk ke dalam. Kaum ibu di dalam rumah mulai ribut. “Bagaimana ini akh?” Tanya seorang bapak. Aku kemudian berdiskusi dengan akh Herwanto dan akh Efen. Kami sepakat, menyelamatkan diri sekarang justru lebih berbahaya. Di depan rumah kami truk-truk besar berjalan kencang melarikan diri. Mobil hanya ada satu, sedang menyelamatkan diri dengan motor berisiko dilindas truk atau celaka karena menghirup abu merapi.

            Kami sepakat prioritas pertama adalah menjemput pak Indra dan keluarganya di Kalireso, walau itu berarti melawan arus pengungsi dan relawan yang melarikan diri. Tapi itu resiko yang harus kami ambil. No one left behind! Demikian pikirku.

            Aku berpamitan kepada istriku, menenangkannya, lalu berlari ke arah mobil avanza yang diparkir di pagar masuk rumah ditemani akh Efen. “Awas! Pakai helm akh!” teriak pak Herwanto. Ups, betul. Hujan batu sebesar kelereng masih berlangsung. Safety first. Aku dan akh Efen mengambil helm pengungsi yang disimpan di teras lalu berlari sekencang mungkin ke dalam mobil. Segera kunyalakan mesin mobil, dan kusingkirkan abu vulkanik yang menempel di kaca depan dengan wiper mobil.

            Di jalan, tidak ada yang bisa kulihat selain benda yang berjarak 3 meter di depanku. Hujan abu dan kerikil begitu tebalnya. Belum lagi truk-truk dari tenda pengungsian yang berjalan cepat melawan arahku. Mungkin karena panik, truk-truk diesel sebesar itu berjalan di tengah jalan yang tidak begitu lebar itu. Beberapa kali aku harus membanting stir karena tepat berpapasan dengan mereka, bahkan sampai hampir terperosok ke sawah karena berjalan terlalu di pinggir. Aku sudah tidak peduli dengan klakson dan makian dari truk-truk itu. Yang ada di otakku adalah secepatnya sampai ke Kalireso dengan selamat.

            Pasti hanya karena pertolongan Allah sajalah, aku bisa sampai ke Kalireso dengan jarak pandang tidak sampai 3 meter sambil melawan arus evakuasi tanpa salah belok atau tertabrak truk. Aku yakin para supir truk yang panik itu tidak mungkin bisa melihatku, walau cuma cahaya lampu mobilku karena akupun sama sekali tidak bisa melihat truk mereka, ataupun cahaya lampu mereka.

            Sesampai di Kalireso, kujalankan mobil dengan sangat perlahan. Rumah beliau berada tepat di pinggir jalan tapi, Masya Allah…bahkan aku tidak tahu apa aku masih berada di atas jalan. Hujan abu makin deras, kini aku buta total. Sekali lagi, hanya berkat pertolongan dari Allah sajalah aku bisa berhenti tepat di depan rumah beliau. Bahkan aku bisa memposisikan agar ekor mobilku tepat di samping pintu masuk. Bila sampai sekarang orang-orang bertanya kepadaku bagaimana caraku memposisikan mobil sedemikian rupa sehingga lebih memudahkan evakuasi, aku menjawab tidak tahu. Aku hanya memutar mobilku dalam kebutaan, dan memundurkannya dan entah bagaimana tepat di samping pintu. Mungkin beberapa orang menyebutnya sebagai ‘kebetulan’. Tapi aku sendiri yakin bahwa ini pertolongan dari Allah.

            Saat turun dari mobil, baru kusadari warga Kalireso sudah berkumpul semua di dalam mushalla. Di pintu rumah, pak Indra sudah menunggu beserta istri dan anaknya yang baru berumur sekitar 2 minggu. Di samping mushalla, ada sebuah truk yang siap mengevakuasi warga di sana. Belakangan aku baru tahu, bahwa di dalam truk tersebut sudah terdapat 5 jenazah korban letusan Merapi.

            Setelah kami semua masuk ke dalam mobil, aku kembali menyalakan mesin dan menjalankan kendaraanku perlahan-lahan. Keluar dari Kalireso, hujan abu sudah mulai mereda walau masih deras. Jalan utama yang tadi disesaki oleh mobil dan truk yang melarikan diri kini telah kosong melompong. Jalan Turi yang biasanya ramai karena merupakan jalur wisata, kini seperti kota mati.

            Sesampai di rumahku, hujan abu sudah makin menipis. Kini aku bisa melihat sekitar dengan jelas walau abu masih terasa merasuk ke pernafasanku padahal aku sudah mengenakan masker. Orang-orang di dalam rumah sudah mulai tenang, walau anak-anak masih menangis ketakutan. Mbak Riza, istri pak Indra beserta anaknya masuk ke kamar bersama istriku. Aku, pak Indra, pak Efen, dan pak Herwanto berkumpul membicarakan langkah selanjutnya. Kami sepakat, bahwa pada titik tertentu kami harus keluar dari tempat ini dikarenakan abu vulkanik halus mulai masuk ke dalam rumah, dan ini tidak baik untuk kesehatan anak-anak terutama balita. Namun kami khawatir dengan kondisi jalan menuju ke selatan yang masih sesak dengan pengungsi yang melarikan diri. Di sini aku menyadari bahwa dalam kondisi darurat seperti ini diperlukan ketenangan untuk berpikir jernih. Bayangkan bila kami ikut panik berlarian ke bawah, mungkin akibatnya akan lebih fatal. Untuk saat ini, kami memutuskan untuk berjaga bergiliran, sementara sisanya istirahat. Kesempatan ini aku gunakan untuk mengontak akh Wicak, temanku di Bandung untuk mencari kabar terbaru. Kami tidak bisa mengakses media karena listrik dimatikan.

            Kira-kira pukul tiga pagi, rumahku diketuk. Ternyata seorang kepanduan dari DPD Sleman datang untuk memeriksa kondisi kami. Beliau menyarankan kami untuk evakuasi sekarang, sambil meyakinkan bahwa jalan Kaliurang telah lengang sehingga aman untuk evakuasi. Dua buah mobil dari DPD juga telah berangkat menuju rumah untuk membantu proses evakuasi.

           Pak Indra memintaku untuk berangkat terlebih dahulu untuk mengangkut ibu-ibu yang mempunyai anak-anak balita. Tujuannya adalah Ponpes Darush Shalihat. Terus terang aku merasa agak keberatan. Aku berat meninggalkan istriku di rumah dalam kondisi seperti ini. Apalagi Merapi sudah mulai kembali bergemuruh. Tapi aku tahu aku harus menanggalkan egoku dalam kondisi seperti ini. Aku tahu, mengevakuasi anak-anak balita terlebih dahulu adalah keputusan yang tepat karena kondisi udara saat itu tidak baik untuk mereka. Dan anak balita tidak mungkin dievakuasi tanpa ibu mereka. Sehingga apa boleh buat, istriku harus menunggu untuk dievakuasi.

          Perasaanku sangat berat ketika berpamitan dengan istriku. “Hati-hati ya mas” ucapnya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk pelan. Ku tatap wajahnya seakan-akan itu terakhir kalinya aku bisa menatap wajahnya. Ketika berjalan menuju mobil, kutepuk bahu pak Indra. “Titip istri ane ya akh”. Aku berusaha tenang namun ternyata suaraku tetap bergetar. “Ya akh, Insya Allah” jawab beliau.

        Aku menjalankan mobilku perlahan, berusaha tidak membuat anak-anak kecil ini makin ketakutan. Di sebelahku, seorang ummahat terisak-isak sepanjang perjalanan. Beliau istri dari pak Herwanto. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu di dalam mobil untuk menceriakan suasana atau sekedar mencairkan ketegangan. Tapi aku sendiri sedang dalam keadaan kalut. Senyum istriku terus terbayang sepanjang perjalanan. Akhirnya aku hanya diam saja. Aku hanya berusaha secepat mungkin dan seaman mungkin sampai di ponpes Darush Shalihat, lalu kembali ke Pakem untuk menjemput istriku.

        Sesampai di ponpes, aku segera menghubungi pak Indra. Ternyata beliau meminta aku untuk menunggu di sana. Tentu saja aku protes. Tapi beliau segera memotong “istri antum Insya Allah aman akh, beliau naik di mobil kedua di belakang antum”. Hatiku agak tenang, walau aku belum lega sebelum melihat istriku lagi. Sehingga walau aku diminta untuk segera ke kantor PKS DPD Sleman, aku memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Baru setelah bertemu istriku aku berangkat menuju kantor DPD.

        Aku tiba di DPD tepat saat adzan subuh. Di sana suasana cukup hiruk-pikuk. Barulah ketika masuk ke dalam, aku melihat betapa besar kejadian dini hari tadi di televisi. Di kabarkan 50 orang luka bakar di Kecamatan Cangkringan. Tetapi belum diketahui ada atau tidaknya korban tewas. Dari televisi juga aku mengetahui radius bahaya diperluas hingga 20 km. Fuuuhhh…… there goes my neighborhood… pikirku dalam hati. Rumahku resmi masuk wilayah bahaya II.

        Di DPD aku bertemu dengan ustadz Ryo Rasyid, yang memiliki kelompok binaan Ternak Domba Master di Cangkringan. Beliau menanyakan kondisiku dan teman-teman Pakem. Belakangan baru aku mengetahui bahwa sebagian kandang kelompoknya habis disapu awan panas. Saat itu aku tidak menyadarinya, karena kondisi beliau saat itu tenang sekali.

        Tak lama, aku juga mendapatkan telepon dari ustadz Nashir Harist, pimpinan ponpes Al-Hadi. Beliau menanyakan kondisiku dan kondisi kandangku. Aku menjawab: “ane Alhamdulillah baik-baik saja ustadz. Kalau kandang….ane pasrahkan saja pada Allah…ane gak tahu”. Aku benar-benar belum tahu nasib kandangku beserta karyawan yang tidur di sana. Mereka belum bisa ku hubungi.

       Setelah shalat subuh, aku memilih kembali ke mobil. Aku lelah sekali. Di DPD sudah tidak ada tempat untuk sekedar duduk. Banyak sekali pengungsi di sana. Aku ingin tidur sebentar di dalam mobil. Ini pasti akan menjadi hari yang sangat panjang dan melelahkan…Sebelum tidur, kusempatkan untuk mengirimkan sms kepada istriku. “Whatever happened, I will always love you”.

       Pagi jam setengah 8, aku kembali bertemu dengan pak Indra di DPD. Sebelumnya aku sempat mengantarkan istri ke rumah orang tuaku. Tapi karena ia ingin kembali lagi ke posko, akhirnya kami hanya meletakkan barang-barang yang sempat kami bawa di rumah orang tua.

       Pagi itu aku, istriku dan pak Indra kembali ke rumahku untuk mengambil barang teman-teman serta logistik posko yang masih tertinggal. Tetapi sebelumnya aku sempatkan untuk mampir terlebih dahulu ke kandangku di dusun Penen. Selama di perjalanan, baru aku mendengar kisah heroik teman-teman DPC Cangkringan yang mengevakuasi warga sambil dikejar oleh lahar panas. Bahkan ada satu kelompok yang terpaksa memutar ke arah Prambanan karena jalur evakuasinya terpotong oleh lahar panas. Ternyata, ketika di rumahku hujan batu dan pasir, mereka mengalami hujan api. Dan ketika aku menembus kegelapan malam menuju Kalireso, mereka sedang berjibaku menyelamatkan warga sambil dikejar lahar serta awan panas. Beberapa hari kemudian, aku membaca status facebook ketua DPC Cangkringan kurang lebih sebagai berikut: “Awan panas sudah ada alamatnya akan ke mana. Demikian juga kematian itu pasti akan datang. Tinggal bagaimana kita mengatur seni kematian itu, mati dalam kemaksiatan atau mati dalam kemanfaatan kepada orang lain”.

       Setibanya di Penen, kudapati kandangku sudah kosong melompong. Tampaknya anak kandang kami sudah mengungsi entah kemana. Aku masih tidak bisa menghubungi mereka. Seluruh rumput untuk pakan kami sudah tertutup abu. Tapi Alhamdulillah, kandang domba kami bersih. Memang jalan tempat domba masuk ke kandang putih tertutup abu semua. Tetapi bagian dalam kandang dan tempat pakan, bersih. Domba kami masih dilindungi Allah. Aku sedikit lega, walau dalam hati mengkhawatirkan stok hijauan kami yang terselimuti debu vulkanik.

       Beberapa menit di kandang, kami segera meluncur ke rumahku. Kupakai kesempatan itu untuk menyelamatkan CPU, mengambil lagi beberapa helai baju, dan menyelamatkan beberapa surat penting yang tertinggal dini hari tadi. Suasana masih mencekam karena guruh merapi masih terdengar. Setelah itu kami sempatkan mampir ke Kalireso untuk mengambil beberapa keperluan pak Indra. Di sana, gemuruh jauh lebih keras lagi.

      Siang hari kami gunakan untuk istirahat sekaligus shalat Jumat. Sorenya, aku diminta untuk mengevakuasi teman-teman kader yang masih tertinggal di atas. Aku berangkat bersama pak Herwanto dan pak Ahmad. Cukup sulit untuk mencapai ke atas, karena jalan-jalan utama sudah diblokir oleh polisi dan relawan. Tapi biasanya tiga kata sakti ini cukup membuat jalan terbuka untuk kami: “relawan PKS, evakuasi”. Apalagi kami bertiga memakai kaos kepanduan.
Selama berputar-putar melacak lokasi teman-teman dan keluarga kader di atas, keadaan sangat mencekam. Gemuruh merapi jauh lebih keras dari tadi siang. Kondisi sangat gelap, padahal waktu masih menunjukkan pukul 14.30. Terus terang, jadi aku teringat sehari sebelum letusan ketika aku, pak Herwanto dan pak Ahmad beserta beberapa kepanduan DPD naik ke dusun Boyong yang berjarak 8 km dari puncak untuk membongkar tenda pleton (saat itu radius bahaya sudah dinaikkan menjadi 15 km). Saat melepas tenda pleton itu, setiap ada guruh aku selalu mendongak ke arah puncak. Menebak-nebak apakah itu suara gemuruh geledek dari awan hujan, atau suara gemuruh merapi yang memuntahkan awan panas. Kini, kondisi dusun Boyong yang berjarak 8 km dari puncak itu sama dengan kondisi daerah yang sedang aku lewati, yang berjarak sekitar 15 km dari puncak.

      Jalur evakuasi yang  kutempuh cukup berputar-putar karena beberapa akses jalan tertutup oleh batang pohon atau bambu yang rubuh. Di sebuah dusun kudapati sebuah pohon beringin yang sangat besar tumbang karena tidak kuat menahan beban abu dan pasir di dahannya. Pikirku saat itu adalah “mudah-mudahan rumahku tidak bernasib seperti ini”, mengingat rumahku juga terkena hujan pasir dan kerikil.

      Ketika memasuki pertigaan Balong dan akan menyeberangi jembatan, ada sekelompok linmas menghadang kami. Seperti biasa, kubuka jendela mobil sambil berkata “relawan PKS, mau evakuasi”. Tapi kali ini kata sakti kami tidak berhasil. “Banjir mas, gak bisa lewat!” demikian teriak salah seorang linmas. Aku memajukan mobilku sekitar 10 meter ke depan. Baru aku sadar apa maksud linmas tersebut. Jembatan yang akan aku lewati terbenam oleh aliran deras lahar dingin. Deras sekali. Masya Allah….pikirku. Sungai ini berhulu di Kali Boyong, dan berhilir di Kali Code, tempat tinggal teman-teman ‘pekanan’-ku. Aku tidak ingat apakah hari itu hujan deras, tapi aku ingat sekali aliran lahar dingin tersebut, dengan material vulkanik berupa batu besar-besar. Aku berputar sambil berdo’a dalam hati “Allah, lindungilah saudara-saudaraku di bawah sana”.

     Malam itu, kami semua dari PKS DPC Pakem sepakat bahwa itulah tidur ternikmat yang pernah kami rasakan. Tanpa ada rasa takut, tanpa ada gangguan guruh dan hujan abu. Malam itu, kami beristirahat dengan tenang. Namun kami sadar, seperti pesan salah satu ustadz kami: “Bencana ini nampaknya akan panjang. Oleh karena itu kita juga harus menjaga nafas kita agar tetap panjang. Karena kita tidak hanya dibutuhkan saat tanggap bencana, melainkan juga saat post-disaster”.

     Merapi pertama kali meletus pada tanggal 26 Oktober 2010 pukul lima sore lewat, tepat saat kami baru saja selesai rapat koordinasi persiapan bencana. Sampai kisah ini kutulis pada tanggal 11 November 2010, masih belum ada tanda-tanda kapan bencana ini akan berakhir.

     Kisah ini kutulis sebagai jawaban atas keinginan teman-teman yang memintaku untuk menceritakan pengalaman kami saat letusan besar pada tanggal 5 November 2010 itu terjadi. Kisah ini kutulis, untuk menceritakan mereka, manusia-manusia berani yang bekerja demi sesama walau tanpa kemewahan sorot kamera. Kisah ini kuberi judul “Kisah dari Garis Depan” karena menceritakan tentang pengalaman kami yang berada pada garis terdepan saat letusan terbesar gunung Merapi dalam 100 tahun terakhir ini terjadi.

     Sesungguhnya masih banyak kisah-kisah kepahlawanan dan kemanusiaan yang kusaksikan, namun belum sempat kutuliskan di sini. Tahukah engkau kisah tentang seorang kakek berusia 70 tahun yang dengan penuh semangat naik-turun ke atas gunung untuk membantu evakuasi warga? Tahukah engkau bahwa ada seorang pengungsi yang berprofesi sebagai tukang sayur mendatangiku, menanyakan berapa harga dombaku yang paling gemuk dan paling mahal beserta biaya memasaknya, lalu membayarnya tunai dan memintaku menyerahkan masakannya untuk dibagi-bagi kepada sesama pengungsi? Tahukah engkau, ada seorang ibu paruh baya yang rumahnya habis dilahap awan panas, harta yang tertinggal hanya pakaian di badan, tetapi setiap hari ia selalu berkeliling menghibur dan mengajak pengungsi lainnya untuk mensyukuri bencana yang mereka alami sebagai Kasih Sayang dari Allah? Tahukah engkau, bahwa sekitar 20 KK kader DPC Pakem kehilangan mata pencahariannya namun itu tidak menghalangi mereka untuk turun sebagai relawan tanpa dibayar?


    Itu masih sebagian kisah. Masih ada kisah-kisah lain yang memilukan, seperti pengungsi yang gantung diri karena depresi, sampai kepala dukuh yang mengajak seluruh warga dusunnya yang beragama islam menginap di gereja karena iming-iming bantuan. Khusus peristiwa terakhir ini, aku mengajak kalian semua mengubah pola pikir kalian saudara-saudaraku. Jangan kau salahkan mereka dengan bertanya “bagaimana mungkin keimanan digadaikan demi sebungkus-dua bungkus mie instan?”. Tapi introspeksilah diri kita dengan bertanya “sudahkah kita berkontribusi maksimal, sehingga ada saudara-saudara kita yang harus mengemis kepada orang lain padahal mereka adalah saudara kita yang menjadi tanggung jawab kita?”. Karena dakwah itu, wahai saudara-saudaraku seiman, adalah tentang kontribusi nyata, bukan sekedar kata, apalagi sekedar caci-maki dan keluhan di forum semata.

     Kisah ini kutulis atas rasa bernama cinta. Dalam Dekapan ukhuwah, cerita ini mengalir. Seperti buku yang kubaca saat Ramadhan yang lalu, karya Salim A. Fillah.

Muhammad Subroto,
yang masih belajar mencurahkan isi hatinya dalam bentuk tulisan

Selasa, 07 September 2010

mudik vs i'tikaf

Jujur.. Ana ngiri dengan mereka yang dpt mlakukan I'tikaf slama 10 hari.. Entah kapan ana bs mlakuka ibadah ini scara full.. 10 hari.. Yap2 azam itu masih tertanam di diri ini.. Ktika Allah mberikan ksempatan 4 hari yang tsisa unt b'I'tikaf, tp kondisi mharuskan mudik.. Fiuff..jd ga full dh.. Senang tp sedih.. Aneh.. ^^ .. Pada akhirnya hanya bs kirim2an tausyiah dg tmn2 yang masih tinggal.. Unt beri'tikaf... Ya Allah.. Ana ngiri.. Orang2 b'iman slalu pny cara t'sndiri u/ mnata hatiny, Meski b'lawanan dg apa yg ia trima dlm khidupn. Tatkala ia mdpt musibah,air matany menetes Tp hatiny t'ilhami u/ myakini bhw Apa yg diberikn ALLAH pdny Pasti yg T'baik bgny, Fisikny mngkin lelah,pikiranny mngkn penat,tp Tdk dg Hatiny yg trus ykn bhw bl ia diuji ALLAH,itu adl tanda bhw ALLAH msh sngt sayang padany.. Tuntun hamba Yaa Rabb agar slalu ikhlas dg sgala ktentuanMu,kuat dlm mnjlaniny..Amiin. -Purworejo..otw to Jogja_wates.. -

Senin, 06 September 2010

so.. Fastabiqul khoirot sobat.. kejar lailatul Qadr..

Alhamdulillah masih dberi kesempatan untuk bisa i'tikaf pada Ramadhan tahun ini.. walaupun azam untuk full 10 hari ga bisa terlaksana.. fiuf.. -_-'.. memang sudah fitrahnya seorang wanita.. ^^.. tinggal tersisa 3 hari untuk i'tikaf.. hari pertama.. smalam.. di At Tiin TMII... dilanjutkan dengan agenda2 i'tiqaf berikutnya.. InsyaAllah...  smoga sisa waktu ini tidak kita sia2kan..



"Kematian adalah haq.. begitu pula dengan Syurga dan Neraka.. Haq.. Maka Persiapkan bekal untuk menuju Syurga-Nya, bukan Nerakanya.. Syurga itu ada harganya, namun tidak dengan Neraka.. Bagi yang memiliki harga berlebih..gunakanlah untuk beramal shaleh,.. bagi yang kekurangan.. masih banyak amalan2 lain yang dapat dilakukan.. carilah dan lakukan amalan2 yang dapat menolong kita di akherat nanti.. amalan2 unggulan yang dapat membanggakan di hadapan Allah nantinya..
So.. Fastabiqul Khoirot Sobat.."

Happy I'tiqaf.. Kejarlah Lailatul Qadr.. slama masih ada kesempatan ini..


Selasa, 31 Agustus 2010

apa2 jd status.. ^^

awalnya ga niat untuk memposting ini.. but.. lama2 jd aneh aja ya kl sbentar2 cerita tiba2 lawan bicara kita bilang.. "wah boleh tuh jd status.." hmmm...

poe lupa tepatnya kpan, tp kyanya dimulai waktu adik kelas curhat ke poe mengenai kesibukkan aktifitasnya.. dengan berbagai amanah yang di embannya.. baik da'wah maupun akademis.. dia "sedikit" mengeluh karena merasa kurang optimal dalam menjalankannya.. dengan sedikit kata2.. poe berusaha untuk memotifasi.. dan terakhir.. poe bilang.. " InsyaAllah bs dik.. coba deh.. untuk menghadirkan hati dalam stiap kegiatan..".. eh tiba2.. dia malah bilang.. "wah ka.. boleh tuh kata2nya buat status.." ( hmmm.. >.< ).

selanjutnya... terjadi lagi.. tp pada saat itu poe yang curhat ke salah satu sahabat... yang pada saat itu curhat mengenai "sbuah proses..." ( -_-'.. huhu.. jd melankolis.. halah.. ^^).. ketika poe bilang ke teman.. " trus aku mesti gmana?? aku hanya seorang poetri.. (an ordinary people..) ..yang tidak memiliki kberanian layaknya seorang Khadijah.. walaupun sangat ingin kisah ini berakhir layaknya kisah Fathimah dan Ali... " ( dengan ekspresi melankolisnya.. *halah..) tiba2.. teman2 ana bilang.. ih poet.. cakep kata2nya.. buat up date status ya... (hmmmm...) padahal dalam hati mah berharap ada kata2 bijak buat poe gitu.. minimal kata2 penguatan.. tp.. -_-'.. ah sudahlah..

and again.. again.. again.. berulang2 dalam hidupku untuk saat ni... apa2 mendengar up date status.. up date status... ( hmmmm >.<)

dan... yang terakhir ( sepertinya masih akan berlanjut).. yang poe ingat adalah.. ketika awal ramadhan ini.. sebelum liburan awal ramadhan, sempat ber maaf2an dengan beberapa siswa di kelas.. sekaligus memberikan sedikit motivasi/tausyiah.. kata2 terakhir poe ucapkan.. "Selamat menjalankan ibadah Ramadhan.. smoga Ramadhan kali ini penuh makna.."
dan dengan polosnya.. murid poe teriak.. " iih ibu... aku jadiin status fb ah.. smoga Ramadhan kali ini penuh makna..".. fiuf... againnn??!.. hanya bisa tersenyum mendengarnya.. ya..ya.. bolehhh..  ^^v..

 * Tausyiah untuk diri sendiri.. smoga diri tidak terlena.. baik sebagai orang yang pertama ataupun orang kedua.. smoga stiap kata dalam diri ini dapat mengikat makna.. yap.. siapapun dapat menjd inspirasi bagi orang lain... smoga slalu ingat juga untuk mengamalkan salah satu hadist rasulullah..
''Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam.'' (HR Bukhari dan Muslim).. dan yang terakhir.. smoga niat ini.. apapun itu.. selalu bermuara kepada Nya.. Allahumma Amiin..*

-tambun-bks, menjelang ashar.. - 










Sabtu, 14 Agustus 2010

hanya ingin menikmati proses memahami

Jujur, saya hanya ingin menikmati proses memahami sesuatu tanpa harus dikejar gelar, ujian, laporan atau apapun. Saya hanya ingin menikmati “rasa haus” ini tanpa terikat “sistem” yang membelit semacam pencapaian gelar atau apapun namanya..” 
-dari blog tetangga-

 And you know..: I feel the same too...



*Oxford... tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu..tunggu.. tunggu.. tunggu.. entah sampai kpn.. walaupun hanya duduk di halaman kampusnya*

- mrasakan kmbali pd mimpi2 sma dl ^^..  layaknya sbuah mimpi arai dan ikal -

Selasa, 13 April 2010

feel little regret..

udah lama ga ngisi ni blog.. kasian terlantar.. ^^

sebenarnya ga ada bahan untuk ditulis.. akhir2 ini di sibukan dengan ngajar dan ngajar... bismillah.. untuk sementara da'wah pendidikan dulu.. (cie.... walaupun akhir2 ini banya kejadian yang sangat amazing.. ( what that..?? upss afwan sedikit hiperbolis..^^)..
dimulai dengan kalimat yang ana kutip dr bukunya salim A. fillah..

ruang itu berisi pilihan2.. kita bisa lari dr takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain, dgn takdir Allah juga..

 

yap2.. ana sepakat.. kl pindahnya kita dr satu takdir kr takdir yang lainnya itu juga dengan takdir Allah.. Allah Maha Mengetahui.. apapun itu.. bahkan untuk hal sepele yang tertanam di hati ini..

- to be continue yah..- afwan ana ngantuk.. besok ngajar pg.. ^^


 



Sabtu, 06 Februari 2010

Da'wah kita hari ini..


Sudah lelah kah kau kawan atas perjuangan dakwah ini?? Hhmm mungkin jadwal syuro yang padat itu membuatmu lemah?? Atau tak pernah punya waktu istirahat di akhir pekan yang kau gusarkan?? Atau pusingnya fikiranmu mempersiapkan acara2 bertemakan dakwah yang membuatmu ingin terpejam?? Atau panasnya aspal jalanan saat kau aksi yang ingin membuatmu “rehat sejenak”??? atau sulitnya mencari orang yang ingin kau ajak ke jalan ini yang kau risaukan?? Atau karena seringnya juniormu meminta infak2mu yang membuatmu ingin menjauh??

Dakwah kita hari ini hanya sebatas ‘itu’ saja kawan.hehe bukan ingin melemahkan tapi izinkan saya showing kali ini…. Taukahkau Umar bin Abdul Azis?? Tubuhnya hancur dalam rangka 2 tahun masa memimpinnya...2 tahun kawan, Cuma 2 tahun memimpin tubuhnya yang perkasa bisa rontok..kemudian sakit lalu syahid...sulit membayangkan sekeras apa sang khalifah bekerja…tapi salah satu pencapainya adalah..saat itu umat kebingungan siapa yang harus di beri zakat…tak ada lagi orang miskin yang layak di beri infak…

Apakah kau lelah berdakwah kawan...saat baru kau rasa ternyata selain indah dakwah itu banyak konsekuensinya... Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Tapi syekh Mustafa masyhur mengatakan “jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang tapi adalah jalan yang paling aman untuk mencapai RidhoNya” ya kawan, jalan ini yang akan menuntun kita kepada RidhoNya…saat Allah ridho..maka apalagi yang kita risaukan?? Saat Allah ridho…semunya akan jauh lebih indah…karena Syurga akan mudah kita rasa..


Rasulallah begitu berat dakwahnya..harus bertentangan dengan banyak keluarga yang menentangnya..mushab bin umair harus rela meninggalkan ibunya..Salman harus rela meninggalkanseluruh yang dia kumpulkan di mekkah untuk hijrah…Asma binti Abu Bakar rela menaiki tebing yang terjal dalam kondisi hamil untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya dan Rasulallah, hanzholah segera menyambut seruan jihad saat bermalam pertama dengan istrinya, Kaab bin malik menolak dengan tegas suaka raja ghassan saat ia dikucilkan…

Billal, Ammar, keluarga yasir..mereka kenyang dengan siksaan dari para kafir, Abu Dzar habis di pukuli karena meneriakkan kalimat tauhid di pasar, Ali mampu berlari 400 KM guna berhijrah di gurun hanya sendirian, Usman rela menginfakkan 1000 unta penuh makanan untuk perang tabuk, Abu Bakar hanya meninggalkan Allah dan Rasul Nya untuk keluarganya…Umar nekat berhijrah secara terang terangan, Huzaifah berani mengambil tantangan untuk menjadi intel di kandang musuh,


Thalhah siap menjadi pagar hidup Rasul di uhud, hingga 70 tombak mengenai tubuhnya, Zubair bin Awwan adalah hawarii nya rasul, Khansa merelakan anak2nya yang masih kecil untuk berjihad, Nusaibah yang walopun dia wanita tapi tak takut turun ke medan peran, Khadijah sang cintanya rasul siap memberikan seluruh harta dan jiwanya untuk islam, siap menenangkan sang suami dikala susah..benar2 istri shalihah ^_^

Atau mari kita bicara tentang Musa…mulutnya gagap tapi dakwahnya tak pernah pudar…ummatnya seburuk buruknya ummat, tapi proses menyeru tak pernah berhenti…atau Nuh, 900 tahun menyeru hanya mendapat pengikut beberapa orang saja..bahkan anaknya tak mengimaninya…Ibrahim yang dibakar namrud, Syu’aib yang menderita sakit berkepanjangan tapi tetap menyeru…Ismail yang rela di sembelih ayahnya karena ini perintah Allah…

Atau izinkan saya bicara tentang Hasal Al Banna yang di bunuh oleh Negara nya sendiri karena dakwahnya..tak boleh ada yang mendekati jazadnya atau penjara tempatnya…hanya di kuburkan oleh ayahnya dan saudara2nya, atau Sayyid Qutbh yang berakhir di tiang gantungan..atau Ahmad Yassin yang dengan lumpuhnya tapi dapat membangkitkan semangat jihad para pemuda palestina, atau fathi farhat di usia mudanya menjadi pejuang tangguh hamas..

Atau kita bicara orang2 shaleh di Indonesia…Almarhum Rahmat Abdullah yang menangis memasuki gedung DPR, Ustad Mashadi yang menangis saat di masukkan ke panitia Anggaran DPR, Atau Hilmi Aminuddin yang ayahnya di bunuh oleh rezim terdahulu tetapi menyerukan kepada kader dakwahnya untuk memaafkan mereka dan menyerukan kepada kader dakwahnya untuk terus menyeru..terus memproduksi kebajikan, atau sang ustad penuh ilmu saiful islam mubarok…yang begitu gembira namanya tak tertera di nama2 yang lolos menjadi anggota dewan, tapi amanah tak pernah salah, akhirnya dia terpilih juga menggantikan suharna surapranata sang alim yang di angkat menjadi menteri…

Sekarang beranikah kita masih menyombongkan diri dengan dakwah yang kita lakukan…mengatakan lelah padahal belum banyak melakukan apa apa…bahkan terkadang…kita datang kepada dakwah dengan keterpaksaan, berat hati kita, terkadang menolak amanah, atau memilih amanah yang mudah2…

Kawan…dakwah kita hari ini hanya sebatas “itu2” saja he he bukan untuk melemahkan…tapi menguatkan karena ternyata yang kita lakukan belum apa apa….


Hamasah never Die….Don’t Give Up kawan!!!!
diambil dr milis sahabat.. syukron bro.. ^^
Yahdi Siradj

Rabu, 13 Januari 2010

Lirik Nasyid "SANG MUROBBI"

Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi
Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi

Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu

Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu

Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu

Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu

Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati

Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Tegak panji Illahi
Bangkit generasi Robbani

download MP3 silahkan download free di http://rapidshare.com/files/114695252/Nasyid_Izzis_-_Sang_Murabbi.mp3