RSS

Sabtu, 26 November 2011

Salimul Aqidah


Kemarin an sempat chat dengan salah satu teman via YM.. an lupa tepatnya sampai di perbincangan mana yg pada akhirnya dia merasa malu jk ada seseorang yang hiperbola terhadap Islam.. pada saat itu an menimpali dengan kemungkinan akan kurangnya pemahaan seseorang tsb akan Salimul Aqidah.. “berarti pemahaman Aqidahnya belum lurus kali ci..” dan diskusi tetap berlanjut.. tp ternyata tmn an justru menimpali bahwa seseorang dapat spt itu karena memiliki pemahaman aqidah yang sangat tinggi.. (hey2 come on.. ).. telusur lebih lanjut.. ternyata teman an belum mengetahui about muwashafat.. that’s fine.. an pun langsung kirim link mengenai 10 muwashofat ke beliau untuk dibaca..
ok akhi.. read ur book clearly.. :)
Di waktu2 berikutnya.. an kembali chat dengan teman yang berbeda.. dan banyak diskusi2.. sampai pada akhirnya an menjawab dengan sebuah kalimat yang menggunakan Salimul Aqidah.. an rasa ini merupakan Bargaining chip yang ga bs ditawar2.. isn’t??
Seperti kita ketahui, Salimul ‘aqidah artinya keimanan yang lurus atau kokoh. Aqidah atau keimanan kepada Allah merupakan fondasi bangunan keislaman. Apabila fondasi keimanan itu kuat, insya allah amaliah keseharian pun akan istiqamah (konsisten), tahan uji, dan handal.. dan ini merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap muslim.. Karena, dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162).
Keimanan itu sifatnya abstrak, karenanya, untuk mengetahui apakah iman itu kokoh ataukah masih rapuh, kita perlu mengetahui indikator atau tanda-tanda iman yang kokoh... kurang lebih indikatornya spt dbawah..
  1. Ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai Agama dan Muhammad saw sebagai Nabi.
  2. Sentiasa muraqabah Allah dan mengingati akhirat, memperbanyakkan zikir.
  3. Menjaga kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.
  4. Tidak menjampi kecuali dgn al-Quran yg ma' thur
  5. Tidak berhubung dengan Jin
  6. Tidak meminta bantuan dari orang yg meminta bantuan jin
  7. Tidak menenung nasib
  8. Tidak mendekati tukang tilik
  9. Tidak mengusap kubur
  10. Tidak meminta bantuan dari orang mati
  11. Tidak bersumpah dgn selain Allah
  12. Tidak mempercayai adanya sial
  13. Mengikhlaskan amal kerana Allah
  14. Mengimani rukun-rukun Iman
  15. Mensyukuri Allah swt ketika menerima nikmat
  16. Sentiasa sedar Syaitan adalah musuh
  17. Menerima sepenuhnya dari Allah dan menolak sesuatu yg di turunkan selain Allah swt
 But.. not only about that...  Karena Poin Salimul Aqidah (lurusnya aqidah) ini bisa jadi luas sekali.
Yap...

Tidak hanya tidak berhubungan dengan jin dan tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin tetapi juga  soal mema’afkan kesalahan orang lain sebelum orang tersebut minta ma’af.
Tidak hanya tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan dan tidak menghadiri majlis dukun dan peramal tetapi juga soal jujur dalam hal sekecil apapun.
Tidak hanya tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan dan tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur (mati) tetapi juga soal menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan-Nya.
Tidak hanya tidak bersumpah dengan selain Alloh dan tidak tasya’um (merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu) tetapi juga soal memperjuangkan kesehatan diri dan menjaga kebersihan lingkungan.
Tidak hanya mengikhlaskan amal untuk Alloh tetapi juga saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Tidak hanya mengimani rukun iman dan beriman kepada nikmat dan siksa kubur tetapi juga
soal disiplin dalam setiap aktivitas dan menghargai nikmat kesempatan yang diberikan Alloh dengan sebaik-baiknya.
Tidak hanya mensyukuri nikmat Alloh saat mendapatkan nikmat tetapi juga soal melakukan yang terbaik pada posisi yang kita tempati.
Tidak hanya menjadikan syaithon sebagai musuh dan tidak mengikuti langkah-langkah syaithon tetapi juga soal bersikap ramah terhadap orang lain tanpa pilih-pilih.
Tidak hanya menerima dan tunduk secara penuh kepada Alloh dan tidak bertahkim kepada selain yang diturunkan-Nya tetapi juga soal  berbuat adil serta husnudzon pada siapa pun.
Begitupun dengan bagaimana sikap pertama hati ketika menerima sebuah musibah akan berkata 'ini taqdir Allah'.. Bukan mengeluh.. mencari2 kambing hitam atau kesalahan..
Salimul aqidah itu, percaya sepenuhnya, yakin semua ada pertanggungjawabannya.

Begitu pentingnya Salimul aqidah itu sehingga dalam awal da’wahnya Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid kepada para sahabat di Mekkah dan jika boleh an tambahkan mungkin juga yang paling sulit di antara semuanya ( ke 10 Muwashofat).. karena lintasan hati yg pertama kali muncul terlihat kualitas keimanan..