Kemarin an sempat chat dengan salah satu teman via
YM.. an lupa tepatnya sampai di perbincangan mana yg pada akhirnya dia merasa
malu jk ada seseorang yang hiperbola terhadap Islam.. pada saat itu an
menimpali dengan kemungkinan akan kurangnya pemahaan seseorang tsb akan Salimul Aqidah.. “berarti pemahaman
Aqidahnya belum lurus kali ci..” dan diskusi tetap berlanjut.. tp ternyata tmn
an justru menimpali bahwa seseorang dapat spt itu karena memiliki pemahaman aqidah yang sangat tinggi.. (hey2 come on.. ).. telusur lebih lanjut.. ternyata
teman an belum mengetahui about muwashafat.. that’s fine.. an pun langsung
kirim link mengenai 10 muwashofat ke beliau untuk dibaca..
ok akhi.. read ur book clearly.. :)
Di waktu2
berikutnya.. an kembali chat dengan teman yang berbeda.. dan banyak diskusi2..
sampai pada akhirnya an menjawab dengan sebuah kalimat yang menggunakan Salimul
Aqidah.. an rasa ini merupakan Bargaining
chip yang ga bs ditawar2.. isn’t??
Seperti kita
ketahui, Salimul ‘aqidah artinya keimanan yang lurus atau kokoh. Aqidah atau
keimanan kepada Allah merupakan fondasi bangunan keislaman. Apabila fondasi
keimanan itu kuat, insya allah amaliah keseharian pun akan istiqamah
(konsisten), tahan uji, dan handal.. dan ini merupakan sesuatu yang harus
dimiliki oleh setiap muslim.. Karena, dengan aqidah yang bersih, seorang muslim
akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu
dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan
kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala
perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS.
6:162).
Keimanan itu sifatnya abstrak, karenanya, untuk
mengetahui apakah iman itu kokoh ataukah masih rapuh, kita perlu mengetahui
indikator atau tanda-tanda iman yang kokoh... kurang lebih indikatornya spt
dbawah..
- Ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai Agama dan Muhammad saw sebagai Nabi.
- Sentiasa muraqabah Allah dan mengingati akhirat, memperbanyakkan zikir.
- Menjaga kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.
- Tidak menjampi kecuali dgn al-Quran yg ma' thur
- Tidak berhubung dengan Jin
- Tidak meminta bantuan dari orang yg meminta bantuan jin
- Tidak menenung nasib
- Tidak mendekati tukang tilik
- Tidak mengusap kubur
- Tidak meminta bantuan dari orang mati
- Tidak bersumpah dgn selain Allah
- Tidak mempercayai adanya sial
- Mengikhlaskan amal kerana Allah
- Mengimani rukun-rukun Iman
- Mensyukuri Allah swt ketika menerima nikmat
- Sentiasa sedar Syaitan adalah musuh
- Menerima sepenuhnya dari Allah dan menolak sesuatu yg di turunkan selain Allah swt
But.. not only about that... Karena Poin Salimul Aqidah (lurusnya aqidah) ini bisa jadi luas
sekali.
Yap...
Tidak hanya tidak berhubungan dengan jin dan tidak meminta tolong
kepada orang yang berlindung kepada jin tetapi juga soal mema’afkan kesalahan orang lain sebelum
orang tersebut minta ma’af.
Tidak hanya tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan dan
tidak menghadiri majlis dukun dan peramal tetapi juga soal jujur dalam hal
sekecil apapun.
Tidak hanya tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan dan
tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur (mati) tetapi juga soal
menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang
diberikan-Nya.
Tidak hanya tidak bersumpah dengan selain Alloh dan tidak tasya’um
(merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu) tetapi juga soal
memperjuangkan kesehatan diri dan menjaga kebersihan lingkungan.
Tidak hanya mengikhlaskan amal untuk Alloh tetapi juga saling
mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Tidak hanya mengimani rukun iman dan beriman kepada nikmat dan siksa
kubur tetapi juga
soal disiplin dalam setiap aktivitas dan menghargai nikmat kesempatan
yang diberikan Alloh dengan sebaik-baiknya.
Tidak hanya mensyukuri nikmat Alloh saat mendapatkan nikmat tetapi
juga soal melakukan yang terbaik pada posisi yang kita tempati.
Tidak hanya menjadikan syaithon sebagai musuh dan tidak mengikuti
langkah-langkah syaithon tetapi juga soal bersikap ramah terhadap orang lain
tanpa pilih-pilih.
Tidak hanya menerima dan tunduk secara penuh kepada Alloh dan tidak
bertahkim kepada selain yang diturunkan-Nya tetapi juga soal berbuat adil serta husnudzon pada siapa pun.
Begitupun dengan bagaimana sikap pertama hati ketika menerima sebuah
musibah akan berkata 'ini taqdir Allah'.. Bukan mengeluh.. mencari2 kambing
hitam atau kesalahan..
Salimul aqidah itu, percaya sepenuhnya, yakin semua ada
pertanggungjawabannya.
Begitu pentingnya Salimul aqidah itu sehingga dalam
awal da’wahnya Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid
kepada para sahabat di Mekkah dan jika boleh an tambahkan mungkin juga yang paling
sulit di antara semuanya ( ke 10 Muwashofat).. karena lintasan hati yg pertama
kali muncul terlihat kualitas keimanan..
1 komentar:
subhanallah....
sangat bermanfaat taujihnya
syukron.
Posting Komentar
kasih coment yang membangun ya.. ^^