RSS

Kamis, 29 September 2011

Muhammad : Lelaki Penggenggam HUJAN


..:::: Sebuah Novel yg Inspiratif.. Sungguhh !!  :::..

Sebenarnya.. isi konten ini bukan merupakan resensi bukunya Tosaro yang Muhammad : Lelaki Penggenggam HUJAN.. just share dari blog tetangga.. knp ya judulnya disamakan..?? atau mungkin kisah2 para sahabat yang di ceritakan memang sangat istimewa?? atau memang seperti kisahnya Astu dan Kashva dalam novel tersebut?? i don't know.. maybe i'll askhim later InshaAllah.. :).. but.. intinya diluar konten cerita ini.. saya benar2 salut dengan novel nya Tosaro ini.. very2 awesome n inspiratif *hiperbolis dikit.. :)*

Lelaki ini adalah Otak Staretegi Perang “Parit” Di Madinah,
seorang Muslimah telah mengambil hatinya.
Bukan sebagai KEKASIH…
Tapi sebagai sebuah PILIHAN...
Pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Menikah.

Iya, hanya Menikah, jalan itu…
Tapi Madinah adalah tempat asing untuknya…
Madinah memiliki adat, rasa bahasa dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya.
Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang…

Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah
 berbicara untuknya dalam khithbah…
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shohabat Anshor yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

”Subhanalloh... wal hamdulillaah..”, girang Abu Darda’ mendengarnya.
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan.
Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shohabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah.
Rumah dari seorang wanita yang sholihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Alloh telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rosululloh Shollallohu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shohabat Rosululloh yang mulia.  Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shohabat Rosululloh yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”
Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterus terangan ini”, kata suara lembut itu.
Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya.
”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Alloh, saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah.
Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah.
Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar dari pada pelamarnya!
Itu mengejutkan dan ironis...
Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman.
Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.

Mari kita dengar ia bicara.

”Allohu Akbar!”, seru Salman,
”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Cinta memang tak harus memiliki…

 )|(


Lelaki ini adalah Kholifah ke empat, setelah Usman bin Affan…

Dia memandang seorang bocah perempuan
Di pelataran rumah seorang sahabatnya…
‘Aisyah binti Tholhah. Nama bocah perempuan itu…

Maka berkelebatlah Kenangan Tentang sahabatnya itu… Tholhah.
Tholhah lah lelaki yang mengatakan Pada perang Uhud
“Khudz bidaamii hadzal yauum, hattaa tardhoo…”
“Ya Alloh, ambil darahku hari ini sekehendakMu hingga Engkau ridho.”
Tombak, pedang, dan panah yang menyerpih tubuh dibiarkannya, dipeluknya badan sang Nabi seolah tak rela seujung bulu pun terpapas.

Tapi ia juga yang membuat Arsy Alloh bergetar dengan perkataannya
Maka Alloh menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelima puluh tiga surat al-Ahzab.

Ini di sebabkan ketika Tholhah berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi -yang masih terhitung sepupunya Rosululloh- datang dan wajah beliau pias tak suka.

Dengan isyarat, beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik.

Wajah Tholhah memerah.
Ia undur diri bersama gumam dalam hati,
“Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah.
Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Alloh, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”

Maka bergetarlah Langit
“Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rosululloh dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.” (Qs. al-Azhab: 53)



Ketika ayat itu dibacakan padanya, Tholhah menangis.
Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Alloh, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya.

Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah.
‘Aisyah binti Tholhah.
Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya.
Persis seperti ‘Aisyah binti Abu Bakr yang pernah dicintai Tholhah.

Cinta memang tak harus memiliki…


)|(


Lelaki ini adalah sebaik-baiknya Raja
Sepeninggal Kholifah ke empat Ali Bin Abu Tholib
Hatinya, bergetar dan ia tahu Dia telah jatuh cinta pada seorang Muslimah sholehah...rakyatnya.

Tak ada yang istimewa pada wanita itu dari segi kecantikannya.
Justru itu lah yang membuatnya jatuh cinta.
Maka dengan kekuasaanya, ia menikahi wanita itu.
Tapi ia tak tahu ia tak pernah bisa MENIKAHI HATI WANITA ITU!

Wanita itu telah meletakkan hatinya pada pemuda desanya.
Hingga di keheningan malam di 1/3 terakhir
Terdengarlah olehnya bait-bait Puisi dalam lantunan doa.
Tentang kerinduannya pada pemuda desa itu.

Ia sadar
ini adalah DEKLARASI JIWA istrinya

“Aku Tak Mencintaimu”

Maka dengan berat hati Ia ceraikanlah istrinya.
Lelaki ini adalah Muawiyyah bin Abu Shofyan
Duta pertama dari Rosululloh Saw.
Yang datang dan melaporkan keadaan Kepulauan Nusantara Kepada Nabi Saw.

Cinta memang tak harus memiliki…

 )|(



Lelaki ini adalah IDEOLOG IKHWANUL MUSLIMIN
Orang no. 2 yang sangat berpengaruh setelah Hasan al-Banna, pada Harokah itu.
Ia adalah lelaki Sholeh.
Dulu ia pernah jatuh cinta pada gadis desanya
Namun gadis desa itu menikah 3 tahun setelah Lelaki ini pergi belajar ke luar negeri.
Hal ini membuat ia sedih namun ia tak mau larut dalam kesedihannya
kisah cintanya ia mulai dari awal lagi.

Ia kemudian jatuh hati pada wanita Kairo.
Meskipun tidak terlalu cantik,
Ia tertarik pada gelombang unik yang keluar dari sorot mata wanita tersebut.
Tapi pengakuan bahwa gadis tersebut pernah menjalin cinta dengan laki-laki lain,membuat runtuh cinta lelaki ini

Ia hanya ingin wanita yang benar-benar perawan, baik fisik maupun hatinya
Akhirnya
Ia membatalkan menikahi gadis tersebut.
Hal ini membuat Lelaki itu sedih cukup lama.
Sampai kemudian ia putuskan untuk menerima kembali wanita tersebut
Namun apa yang terjadi?

Ditolak.

Inilah yang kemudian membuat lelaki itu menulis roman-roman kesedihannya.
Yang luar biasa adalah,
Lelaki
Ini sadar dirinya berada dalam alam realitas.
Bukan dalam dunia ideal yang melulu posesif, indah dan ideal.

Kalau cinta tak mau menerimanya, biarlah ia mencari energi lain yang lebih hebat dari cinta.

“Alloh”,

Energi itulah yang kemudian membawanya ke penjara selama 15 tahun.
Menulis karya monumentalnya Tafsir “Fi Zhilaalil Qur’an” (dalam naungan al-Qur’an).
Dan
Syahid di tiang gantungan.

Sendiri!!!

Tidak ada air mata,
tidak ada kecupan,
tidak ada sentuhan wanita.
Benar-benar sendirian!!

Lelaki ini adalah SAYYID QUTHB

Lelaki yang Alloh Maha Tahu…
Bahwa dirinya Lebih di HAJATKAN LANGIT…
Daripada wanita bumi….

Cinta memang tak harus memiliki…

Pada Salman…
Pada Tholhah
Pada Mu’awiyyah
Dan
Pada Sayyid Quthb
Kita belajar

Bahwa cinta itu harus di letakan di tangan
Bukan di hati
Karena sebelum deklarasi Akad di ucapkan
Tak ada hak pada dirimu…!!!
Tentang wanita yang engkau cintai itu…!!!
Engkau hanya punya doa dan ikhtiar
Selanjutnya biarlah Alloh yang menentukan akhir kisah kita…

Salman, Tholhah, Mu’awiyyah, Sayyid Quthb
Adalah LELAKI PENGGENGGAM HUJAN
Tak ada air mata.
Untuk mengenang kegagalan cinta mereka
Yang ada adalah air mata
Dalam doa-doa mereka
Semoga Alloh memberikan gantinya yang lebih baik
Lebih dari segala-galanya.
Di banding wanita itu…

Sahabat…
Engkau pun Lelaki Penggenggam Hujan
Maka
Jangan Bersedihlah…

)I( hamzah )I(

di tulis di hangatnya waktu dhuha…di sejuknya udara Bandung….
HAMZAH AL MUBAROK

Selasa, 27 September 2011

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga
boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan pada nisan kita :
si Fulan
Lahir tanggal sekian- sekian
Wafat tanggal sekian- sekian

-Ust. Rahmad Abdullah-

Jumat, 16 September 2011

hanya teringat akan kisah bis 9BT


have you feel this feeling??
menangisi orang yang tidak kita kenal sama sekali..
even just a name.. ??
anehh.. memang!!
meskipun saya tau ada alasan untuk setiap air mata.. 
Whatever..!!..


Pastinya..
Tetap berharap bahwa hal ini dapat lebih mendekatkan diri kepada Nya..
bahwa cinta dalam jiwa tetap hanya kepada-Mu..
dan -smoga- tangisan ini merupakan bukti salah satu bentuk rasa takut hamba kepada Mu..

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” 
(Q.S. Az Zumar: 13)